Marah, Bikin Bensin Boros!
Memelihara kemarahan diamini banyak orang hanya akan mendatangkan dampak
buruk dalam segala hal. Sayangnya, saat amarah itu datang, banyak
orang pula tak kuasa membendungnya, dan menumpahkannnya dalam banyak cara
juga. Lantas bagaimana jika rasa marah itu datang saat tengah berkendaraan.
Apalagi kondisi lalulitas, baik kemacetan maupun cara mengemudi pengguna jalan
di kota besar seperti Jakarta memang "ampuh" untuk mengundang
"si marah".
Begitu emosi
terpancing, selain membunyikan klakson panjang, umumnya pengendara mobil menggeber-geber pedal gas. Baik untuk tujuan menambah
akselerasi agar bisa mengejar pengendara lain yang telah membuatnya marah. Atau
hanya sekadar menunjukkan pada orang di sekelilingnya bahwa ia tidak nyaman
dengan situasi tertentu.
Sikap agresif di jalan
raya tak bisa dibantah, berpotensi mengakibatkan dampak buruk. Baik bagi
pengemudi maupun pengguna jalan yang lain. Tapi, kalau pun selamat dan tak
terjadi apa-apa, ada kerugian lain yang tak disadari,yaiyu Bensin boros!
Akselerasi yang
fluktuatif dan agresif menyebabkan suplai bahan bakar di mobil kita menjadi
tidak konstan dan terbuang tidak sesuai dengan takaran sebenarnya. Saat pedal
gas diinjak dalam-dalam, maka saat itu pula aliran bahan bakar akan memancar
dengan keras. Lantas, belum sempat berjalan konstan, mobil mengurangi kecepatan
dengan cara yang tidak halus pula. Akselerasi tak konstan macam inilah yang
menjadi penyebab bakan bakar terbuang percuma.
Bagaimana dengan
sekadar menggeber tanpa berakselerasi? Tak beda. Sebab, saat gas naik turun
dengan ekstrim saat itu pula suplai bahan bakar mengalir "sesuai
irama". Malah sesungguhnya 'gaya' macam ini jauh lebih boros, karena
bensin terbakar percuma tanpa menambah jarak tempuh toh?
Sebaliknya, ada banyak
cara untuk mengefisienkan konsumsi bahan bakar di tengah harga yang terus
melambung, tanpa harus melakukan modifikasi mesin. Cukup cara mengemudi yang
disempurnakan, maka mobil akan lebih irit. Misalnya, peningkatan akselerasi
kendaraan yang dilakukan secara gradual dan halus sehingga mesin bisa
mengoptimalkan bahan bakar yang diterima, untuk dikonversi menjadi tenaga.
Kemudian, upayakan laju kendaraan meluncur dengan stabil pada kecepatan yang
konstan. Ingat, alasan inilah yang menyebabkan perjalanan ke luar kota terasa
lebih hemat bahan bakar, dari pada perjalanan di dalam kota. Di luar kota mobil
dapat melaju konstan. Sementara di perkotaan, pengemudi dipaksa melakukan "stop n drive" yang menyebabkan mesin "minum"
lebih banyak bensin.
Pemanasan mesin pun
memiliki sumbangan berarti untuk berhemat. Disarankan mobil tidak digeber
sebelum mencapai panas yang optimal. Hal ini bisa dilakukan dengan mengendarai
kendaraan pelan, sebelum indikator panas mesin mencapai level normal. Saat
panas mesin sudah mencapai titik normal, perpindahan persneling pun harus
dilakukan dengan teratur. Biasakan memakai putaran mesin sesuai dengan
kebutuhan, terlebih bagi kendaraan dengan transmisi manual. Perpindahan persneling
pun akan membantu penghematan jika dilakukan dengan cepat, tanpa memberi
kesempatan pada mesin untuk menahan putaran.
Hal lain yang juga pantas
diperhatikan adalah, tekanan angin pada ban. Ban yang kekurangan angin
akan menambah beban kendaraan saat melaju yang akhirnya membebani kerja mesin.
Hasilnya bahan bakar akan terpakai lebih banyak. Disarankan, pemeriksaan
tekanan angin dilakukan setiap bulan, dan melakukan rotasi ban pada saat
perawatan berkala. Berbicara tentang perawatan berkala, maka boleh jadi hal ini
merupakan poin paling utama dari penghematan tersebut. Mobil yang dirawat
dengan baik tentu akan mengonsumsi bensin lebih efisien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar